Selasa, 02 Oktober 2018

OTOSKLEROSIS

Proses pendengaran merupakan salah satu fungsi yang penting dalam kehidupan tiap manusia. Saat ini banyak gangguan yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mendengar, salah satunya adalah otosklerosis. Dalam penelitian, kelainan ini terdapat pada masyarakat dalam jumlah yang signifikan.
Telinga adalah suatu organ kompleks dengan komponen-komponen fungsional penting. Sebagian besar telinga tidak dapat diperiksa secara langsung dan hanya dapat diperiksa dengan tes-tes khusus.
Otosklerosis merupakan salah satu penyebab umum tuli konduktif pada orang dewasa. Kelainan disebabkan karena gangguan autosomal dominan yang terjadi pada wanita maupun pria. Pasien mengalami gejala-gejala pada akhir usia belasan atau awal dua puluhan. Kelainan ini merupakan penyakit labirin tulang, dimana terbentuk suatu daerah otospongiosis (tulang lunak) terutama di depan dan didekat kaki stapes menjadi terfiksasi.
Otosklerosis cukup lazim terjadi yaitu pada hampir dari 10% populasi. Namun hanya presentase kecil yang kemudian bermanifestasi secara klinis sebagai gangguan pendengaran. Pasien perlu dinilai secara cermat, baik melalui pemeriksaan audiologik maupun dengan pemeriksaan otologik.
Perawatan klien dengan penyakit otosklerosis penting dilakukan karena jika tidak ditangani secara tepat maka akan berakibat hilangnya pendengaran secara progresif,timbulnya keluhan tinnitus, vertigo serta sulit mendengar. Oleh karena itu, dibutuhkan perawatan yang mendasar terhadap telinga yang mengalami otosklerosis.

A.       Definisi Otosklerosis
Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis (pertumbuhan tulang stapes berlebih yang berbentuk spon)di daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik. (Elisty & Nurbaiti, 2001)
Otosklerosis adalah suatu penyakit dimana tulang-tulang di sekitar telinga tengah dan telinga dalam tumbuh secara berlebihan sehingga menghalangi pergerakan tulang stapes (tulang telinga tengah yang menempel pada telinga dalam), akibatnya tulang stapes tidak dapat menghantarkan suara sebagaimana mestinya. (Mediastore.2004)
Otosklerosis adalah suatu penyakit pada tulang pada bagian telinga tengah khususnya pada stapes yang disebabkan pembentukan baru tulang spongiosus dan sekitar jendela ovalis sehingga dapat mengakibatkan fiksasi pada stapes. (Brunner&Sudarth,2001)


  
B.        Etiologi
Beberapa penyebab terjadi otosklerosis :
1.    Pendapat umumnya diturunkan secara autosom dominan
2.    Bukti ilmiah yang menyatakan adanya virus measles yang mempengaruhi otosklerosis
3.    Beberapa pendapat bahwa infeksi kronik measles di tulang merupakan presipitasi pasien untuk terkena otosklerosis. Materi virus dapat di temukan di osteoblas pada lesi sklerotik.(George L, 1997)

C.        Epidemiologi
1.    Ras
Beberapa studi menunjukan bahwa otosklerosis umumnya terjadi pada ras Kaukasian. Sekitar setengahnya terjadi pada populasi oriental. dan sangat jarang pada orang negro dan suku Indian Amerika. Populasi multiras yang termasuk Kaukasian memiliki risiko peningkatan insiden terhadap otosklerosis.
2.    Faktor Keturunan
Otosklerosis biasanya dideskripsikan sebagai penyakit yang diturunkan secara autosomal dominant dengan penetrasi yang tidak lengkap (hanya berkisar 40%). Derajat dari penetrasi berhubungan dengan distribusi dari lesi otosklerotiklesi pada kapsul tulang labirin.
3.    Gender
Otosklerosis sering dilaporkan 2 kali lebih banyak pada wanita dibanding pria. Bagaimanapun, perkiraan terbaru sekarang mendekati ratio antara pria:wanita 1:1. Penyakit ini biasanya diturunkan tanpa pengaruh sex- linked, jadi rasio 1:1 dapat terjadi. Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa perubahan hormonal selama kehamilan dapat menstimulasi fase aktif dari otosklerosis, yang menyebabkan peningkatan gambaran klinis kejadian otosklerosis pada wanita. Onset klinik selama kehamilan telah dilaporkan sebanyak 10% dan 17%. Risiko dari peningkatan gangguan pendengaran selama kehamilan atau pemakaian oral kontrasepsi pada wanita dengan otosklerosis adalah sebesar 25%. Penjelasan lain yang mungkin akan meningkatkan prevalensi otosklerosis pada wanita adalah bilateral otosklerosis tampaknya lebih sering pada wanita dibanding pria (89% dan 65%). Memiliki dua telinga yang terkena akan meningkatkan kunjungan ke klinik.
4.    Riwayat Penyakit Keluarga
Sekitar 60% dari pasien dengan klinikal otosklerosis dilaporkan memiliki keluarga dengan riwayat sama.
5.    Usia
Insiden dari klinikal otosklerosis meningkat sesuai bertumbuhnya umur. Evidence mikroskopik terhadap otospongiosis ditemukan pada autopsi 0,6% individu yang berumur kurang dari 5 tahun. Pada pertengahan usia, insiden ditemukannya adalah 10% pada orang kulit putih dan sekitar 20% pada wanita berkulit putih. Baik aktif atau tidak fase penyakitnya, terjadi pada semua umur, tetapi aktivitas yang lebih tinggi lebih sering terjadi pada mereka yang berumur kurang dari 50 tahun. Dan aktivitas yang paling rendah biasanya setelah umur lebih dari 70 tahun. Onset klinikal berkisar antara umur 15-35 tahun, tetapi manifestasi penyakit itu sendiri dapat terjadi paling awal sekitar umur 6 atau 7 tahun, dan paling lambat terjadi pada pertengahan 50-an. (George L. 1997)

D.       Tanda & Gejala
1.    Hilangnya pendengaran secara progresif lambat
2.    Tinitusbunyi abnormal yang didengar penderita yang berasal dari dalam kepala, biasanya disebut juga telinga berdengung.
3.    Vertigo
4.    Sulit mendengar suara yang lembut dan nada rendah (tuli 30-40 db)
5.    Gambaran membrane timpani yang kemerahan oleh karena terdapat pelebaran pembuluh darah promontium ( Schwarte’s sign ). Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising ( Paracusis Willisii ). (Elisty & Nurbaiti, 2001)

E.        Patofisiologi
              Patofisiologi dari otosklerosis sangat kompleks. Kunci utama lesi dari otosklerosis adalah adanya multifokal area sklerosis diantara tulang endokondral temporal. Ada 2 fase patologik yang dapat diidentifikasi dari penyakit ini yaitu :
1.    Fase awal otospongiotic
          Gambaran histologis : terdiri dari histiosit, osteoblas, osteosit yang merupakan grup sel paling aktif. Osteosit mulai masuk ke pusat tulang disekitar pembuluh darah dan dilatasi dari sirkulasi. Perubahan ini dapat terlihat sebagai gambaran kemerahan pada membrab timpani. Schwartze sign berhubungan dengan peningkatan vascular dari lesi mencapai daerah permukaan periosteal.
          Dengan keterlibatan osteosit yang semakin banyak, daerah ini menjadi kaya akan substansi dasar amorf dan kekurangan struktur kolagen yang matur dan menghasilkan pembentukan spongy bone. Penemuan histologik ini dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin dikenal dengan nama Blue Mantles of Manasse.
2.    Fase akhir otosklerotik
          Fase otosklerotik dimulai ketika osteoklas secara perlahan diganti oleh osteoblas dan tulang sklerotik yang lunak didefosit pada area resorpsi sebelumnya. Ketika proses ini terjadi pada kaki stapes akan menyebabkan fiksasi kaki stapes pada fenestra ovale sehingga pergerakan stapes terganggu dan oleh sebab itu transmisi suara ke koklea terhalang. Hasil akhirnya adalah terjadinya tuli konduktif.
          Jika otosklerosis hanya melibatkan kaki stapes, hanya sedikit fiksasi yang terjadi. Hal seperti ini dinamakan biscuit footplate. Terjadinya tuli sensorineural pada otosklerosis dihubungkan dengan kemungkinan dilepaskannya hasil metabolisme yang toksik dari luka neuroepitel, pembuluh darah yang terdekat, hubungan langsung dengan lesi otosklerotik ke telinga dalam. Semuanya itu menyebabkan perubahan konsentrasi elektrolit dan mekanisme dari membran basal.
          Kebanyakan kasus dari otosklerosis menyebabkan tuli konduktif atau campur. Untuk kasus dari sensorineural murni dari otosklerosis itu sendiri masih kontoversial. Kasus sensorineural murni karena otosklerosis dikemukakan oleh Shambaugh Sr. tahun 1903. Tahun 1967, Shambaugh Jr. menyatakan 7 kriteria untuk mengidentifikasi pasien yang menderita tuli sensorineural akibat koklear otosklerosis :
1)   Tanda Schwartze yang positif pada salah satu/ kedua telinga
2)   Adanya keluarga yang mempunyai riwayat otosklerosis
3)   Tuli sensorineural progressive pendengaran secara simetris, dengan fiksasi stapes pada salah satu telinga
4)   Secara tidak biasaadanya diskriminasi terhadap ambang dengar untuk tuli sensorineural murni
5)   Onset kehilangan pendengaran pada usia yang sama terjadinya fiksasi stapes dan berjalan tanpa etiologi lain yang diketahui
6)   CT-scan pada pasien dengan satu atau lebih kriteria yang menunjukan demineralisasi dari kapsul koklear
7)   Pada timpanometri ada fenomena on-off.


F.         Penegakan Diagnosis
1.    Anamnesa
Kehilangan pendengaran dan tinitus adalah gejala yang utama. Penurunan pendengaran berlangsung secara progresif dengan angka kejadian bervariasi, tanpa adanya penyebab trauma atau infeksi. Tinnitus merupakan variasi tersering sebanyak 75% dan biasanya berlangsung menjadi lebih parah seiring dengan derajat tingkat penurunan pendengaran. Umumnya dizziness dapat terjadi. Pasien mungkin mendeskripsikan seperti vertigo, pusing yang berputar, mual dan muntah. Dizziness yang hanya diasosiasikan dengan otosklerosis terkadang menunjukan proses otosklerosis pada telinga dalam. Adanya dizziness ini sulit untuk dibedakan dengan kausa lain seperti sindrom Meniere’s. Pada 60% kasus, riwayat keluarga pasien yang terkena otosklerosis dapat ditemukan.
2.    Pemeriksaan Fisik
Membran timpani biasanya normal pada sebagian besar kasus. Hanya sekitar 105 yang menunjukan Schwartze Sign. Pemeriksaan garputala menunjukan kesan tuli konduktif. (Rinne negatif) Pada fase awal dari penyakit tuli konduktif didapat pada frekuensi 256 Hz. Adanya proses fiksasi stapes akan memberikan kesan pada frekuensi 512 Hz. Akhirnya pada frekuensi 1024 Hz akan memberi gambaran hantaran tulang lebih kuat daripada hantaran udara. Tes Weber menunjukan lateralisasi ke arah telinga yang memiliki derajat conduting hearing loss lebih besar. Pasien juga akan merasa lebih baik dalam ruangan yang bising (Paracusis Willis).
3.    Pemeriksaan Penunjang
a.         Audiogram
Kunci penelusuran secara objektif dari otosklerosis didapat dari audiogram. Gambaran biasanya konduktif, tetapi dapat juga mixed atau sensorineural. Tanda khas dari otosklerosis adalah pelebaran air-bone gap secara perlahanyang biasanya dimulai dari frekuensi rendah. Adanya Carhart’s Notch adalah diagnosis secara abstrak dari otosklerosis, meskipun dapat juga terlihat pada gangguan konduktif lainnya. Carhart’s notch adalah penurunan dari konduksi tulang sebanyak 10-30 db pada frekuensi 2000 Hz, diinduksi oleh adanya fiksasi stapes. Carhart’s notch akan menghilang setelah stapedektomy. Maksimal conductive hearing loss adalah 50 db untuk otosklerosis, kecuali adanya kombinasi dengan diskontinuitas dari tulang pendengaran. Speech discrimination biasanya tetap normal.
b.         Tympanometri
Pada masa pre klinik dari otosklerosis, tympanometri mungkin menunjukan “on-off” effect, dimana ada penurunan abnormal dari impedance pada awal dan akhir eliciting signal. Ketika penyakit berlanjut, adanya on-off ini memberi gambaran dari absennya reflek stapedial. Gambaran timpanogram biasanya adalah tipe A dengan compliance yang rendah. Walaupun jarang, gambaran tersebut dapat juga berbentuk kurva yang memendek yang dirujuk ke pola tipe As.
c.         CT Scan
Dapat mengidentifikasi pasien dengan vestibular atau koklear otosklerosis, walaupun keakuratannya masih dipertanyakan. CT dapat memperlihatkan gambaran tulang- tulang pendengaran, koklea dan vestibular organ. Adanya area radiolusen didalam dan sekitar koklea dapat ditemukan pada awal panyakit ini, dan gambaran diffuse sclerosis pada kasus yang lebih lanjut. Hasil yang negative bukan berarti non diagnostik karena beberapa pasien yang menderita penyakit ini mempunyai kemampuan dibawah dari metode CT paling canggih.


G.       Penatalaksanaan
          90% pasien hanya dengan bukti histologis dari otosklerosis adalah simptomatik karena lesi berlangsung tanpa fiksasi stapes atau gangguan koklear. Pada pasien yang asimptomatik ini, penurunan pendengaran progressif secara konduktif dan sensorineural biasanya dimulai pada usia 20. Penyakit akan berkembang lebih cepat tergantung pada faktor lingkungan seperti kehamilan. Gangguan pendengaran akan berhenti stabil maksimal pada 50-60 db.
1.             Amplifikasi/ Alat bantu dengar
Alat bantu dengar baik secara unilateral atau bilateral dapat merupakan terapi yang efektif. Beberapa pasien yang bukan merupakan kandidat yang cocock untuk operasi dapat menggunakan alat bantu dengar ini.
2.             Terapi Medikamentosa
Tahun 1923 Escot adalah orang pertama yang menemukan kalsium florida untuk pengobatan otosklerosis. Hal ini diperkuat oleh shambough yang memprediksi stabilasi dari lesi otosklerotik dengan penggunaan sodium florida. Ion florida membuat komplek flourapatit. Dosis dari sodium florida adalah 20-120 mg/hari. Brooks menyarankan penggunaan florida yang di kombinasi dengan 400 U vitamin D dan 10 mg Calcium Carbonate berdasar teori bahwa vit D dan CaCO3 akan memperlambat lesi dari otosklerosis. Efek samping dapat menimbulkan mual dan muntah tetapi dapat diatasi dengan mengurangi dosis atau  menggunakan entericcoated tablets. Dengan menggunakan regimen ini, sekitar 50% menunjukan symptom yang tidak memburuk, sekitar 30% menunjukan perbaikan.
3.             Terapi Bedah
        Pembedahan akan membutuhkan penggantian seluruh atau sebagian dari fiksasi stapes (stapedektomi). Seleksi pasien kandidat utama stapedectomy adalah yang mempunyai kehilangan pendengaran dan menganggu secara sosial, yang dikonfirmasi dengan garputala dan audiometrik menunjukan tuli konduktif atau campur. Speech diskrimination harus baik. Secara umum, pasien dengan penurunan pendengaran lebih dari 40 db dan Bone conduction lebih baik dari Air Conduction pada pemeriksaan garputala akan memperoleh keuntungan paling maksimal dari operasi. Pasien  harus mempunyai risiko anastesi yang minimal dan tidak memiliki kontraindikasi.Indikasi Bedah :
a)        Tipe otosklerosis oval window dengan berbagai variasi derajat fiksasi stapes
b)        Otosklerosis atau fiksasi ligamen anularis oval window pada otitis media kronis (sebagai tahapan prosedur)
c)         Osteogenesis imperfekta
d)        beberapa keadaan anomali kongenital
e)        Timpanosklerosis dimana pengangkatan stapes diindikasikan (sebagai tahapan operasi)

H.       Prognosis
          Pemeriksaan garpu tala preoperative menentukan keberhasilan dari tindakan bedah, diikuti dengan alat- alat bedah dan teknik pembedahan yang digunakan ikut menentukan prognosis.

I.          Komplikasi
1.         Tuli kondusif
2.         Glomus jugulare (tumor yang tumbuh dari bulbus jugularis)
3.         Neuroma nervus fasialis (tumor yang berada pada nervus VII, nervus fasialis)
4.         Granuloma Kolesterin. Reaksi sistem imun terhadap produksi samping darah (kristal kolesterol)
5.         Timpanosklerosis. Timbunan kolagen dan kalsium didalam telinga tengah yang dapat mengeras disekitar osikulus sebagai akibat infeksi berulang. (Bruer & Suddart, 2001)

DAFTAR PUSTAKA
Adam, George L. 1997. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC
Ahira, Anna. 2012. Otosklerosis. Di akses 15 September 2013. http://www.mediastore.com
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC.
Gillon, Victoria M. 1991. Segi Praktis THT. Jakarta : Binarupa Aksara
Muttaqin, Arif. 2009. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika

Selasa, 28 November 2017

REFARAT KESEHATAN MENTAL

KESEHATAN MENTAL

BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang Masalah 
Dalam setiap tahap perkembangan manusia terdapat kriteria sehat mental, kesehatan mental pada anak berbea dengan sehat mental pada remaja, begitu pula berbeda dengan dewasa. Dimana kesehatan mental yang normal pada setiap tahap perkembangan. 
Sedangkan yang dimaksud Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). 
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. Noto Soedirdjo, menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah Memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetic, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda. 
 Mental sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa. 
Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya, tapi tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu. Perlu pembelajaran tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara dini untuk mendapatkan hasil yang dituju oleh manusia. Untuk menelusurinya diperlukan keterbukaan psikis manusia ataupun suatu penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia yang menderita gangguan jiwa. Pada dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala hal diperlukan psikis yang sehat. Sehingga dapat berjalan menurut tujuan manusia itu diciptakan secara normal. 
Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek psikologis dan dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar individu mampu melakukan kehidupan-kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku secara individual, kelompok maupun masyarakat luas sehingga yang sehat baik secara mental maupun secara sosial. 

BAB II PEMBAHASAN 
 A. Kesehatan Mental pada Anak 
Pada usia 5-7 tahun, Usia ini adalah usia sekolah awal. Anak mulai masuk Taman Kanak-kanak. Ia memulai untuk berusaha berdiri sendiri di dunia luarnya. Ia tidak lagi berada di sisi ibunya terus-menerus. Di TK ia akan mulai berlatih berbagai keterampilan. Kemampuan melihat, menerima pengertian, berpikir, berbahasa, yang masih sederhana akan dikembangkan dengan berhadapan langsung dengan dunia luar. Hal-hal yang dialaminya secara langsung akan semakin banyak dan semakin bervariasi. 
Aktifitasnya akan meningkat, dan porsi waktu yang semula ia habiskan dalam rumah saja bergeser menjadi banyak di luar rumah. Dan ia juga akan melihat dunia yang melibatkan lebih banyak orang, dengan berbagai perilakunya. Di sinilah orang tua sering menjadi cemas, sebab khawatir perilaku orang lain akan memberi pengaruh yang tidak baik bagi anak. 
Dalam proses mengasah ketrampilan ini, setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda-beda, walaupun anak itu sebenarnya normal. Di sinilah peran ibu / orang tua cukup besar. Kadang kala ibu merasa cemas dan “senewen” melihat anaknya kurang cepat dibanding anak lain, dan akhirnya menyuruh anak untuk lebih cepat. Ini kadang malah berakibat anak menjadi semakin tegang dan bertentangan dengan ibunya. 
Hal lain yang sering dilakukan ibu adalah mengambil alih tugas mengerjakan pekerjaan rumah atau prakarya yang diberikan gurunya. Pengambilalihan ini bisa juga berupa menyuruh kakaknya yang lebih besar untuk mengerjakannya. Memang akhirnya si anak akan mengumpulkan hasil karya yang baik, mungkin malah paling baik di kelasnya, dan memperoleh nilai yang tinggi, akan tetapi hal ini sebenarnya malah berakibat tidak baik bagi perkembangan anak. Anak akan menjadi tidak bertambah terampil (malah ibu atau kakaknya yang tambah terampil), dan secara tidak sadar akan menanamkan pada anak bahwa ia tidak perlu repot-repot karena akan selalu dibantu ibunya. Fungsi sekolah yang bertujuan untuk membentuk tanggung jawab,kewajiban, dan keterampilan pun tidak tercapai sebagaimana direncanakan. Hal yang mungkin terjadi juga, si anak dapat menjadi terbiasa menyalahgunakan kasih ibunya itu dengan berlambat-lambat dalam melakukan suatu tugas, dengan harapan akan diambil alih oleh ibunya. 
Pertentangan lain yang sering terjadi juga di usia ini adalah pertentangan antara pengaruh ayah dan pengaruh ibu. Pada usia ini, di mana dunia si anak sudah mulai meluas dan ia mulai bisa membedakan banyak orang, ia akan dapat melihat ayah dan ibunya sebagai orang yang berbeda. Jika ia melihat bahwa ayahnya mengharapkan lain dengan apa yang ibunya harapkan, ia akan mengalami pertentangan, sebab tidak mungkin baginya memenuhi harapan keduanya sekaligus. Hal ini dapat memberikan pengaruh buruk pada usahanya untuk melepaskan diri dari ketergantungan dan berdiri sendiri. 
Pada usia 7-11 tahun, keseimbangan antara ketergantungan dan mampu berdiri sendiri mulai tampak. Anak (terutama anak laki-laki) akan semakin senang bermain sendiri / bersama temannya di luar rumah. Pada saat anak ini bermain, ia secara tak sadar sebenarnya sedang berusaha melepaskan ketergantungannya dengan ibunya di rumah, dan berdiri sendiri bersama teman-temannya di sekitar rumah. Seorang anak laki-laki di usia ini, jika masih memperlihatkan ketergantungan secara terang-terangan terhadap ibunya, malah merupakan hal yang tidak normal dan harus diwaspadai. 
Di saat seorang anak masuk Sekolah Dasar, ia mengalami peralihan antara bermain dengan “bekerja”. Perkembangan yang terjadi selain berusaha berdiri sendiri, juga sudah mulai rasa tanggung jawab dan memiliki kewajiban terhadap tugas belajarnya di sekolah. Di sini peranan sekolah selain mengajarkan ilmu pengetahuan ,adalah memberi tugas-tugas yang merangsang perkembangan tanggung jawab dan rasa punya kewajiban . Tugas dari sekolah diarahkan untuk merangsang inisiatif dan kemampuan berusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Kadangkala orang tua ingin memberikan anak suatu masa kanak-kanak yang menyenangkan, sehingga akibatnya mereka malah terlalu melonggarkan anak dari kewajiban dan tugas yang diberikan dari sekolah. Orang tua kadangkala malah mengajak anak bermain-main dan tidak mengharuskan si anak mengerjakan tugas sekolah. Ini malah berakibat anak tidak dapat belajar disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Sering terjadi juga orang tua mengerjakan tugas sekolah si anak, dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan agar si anak tidak terlalu repot, atau agar si anak punya nilai yang bagus, dan lain sebagainya. Hal ini tidaklah baik, sebab malah akan mengakibatkan si anak terhambat perkembangannya. 
Selain itu, anak juga akan mulai banyak bergaul dengan teman sebayanya. Mulanya ia akan tetap berbaur dengan laki-laki dan perempuan, tapi lama-kelamaan mereka akan berkelompok sejenis. Anak laki-laki akan banyak melakukan aktifitas yang dilarang, misalnya bermain di tempat yang dilarang. Hal ini mereka lakukan karena mau menunjukkan sikap jantannya. Hal ini tidak perlu menjadi kekuatiran yang berlebihan selama kenakalan mereka tidak keterlaluan dan tidak membahayakan. Akan tetapi tentunya juga tidak berarti orang tua bisa melepas begitu saja. 
B. Kesehatan Mental pada Remaja 
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. 
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. 
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. 

Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab ituorang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, danfisik (Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. 

Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu : 
  • • 12 – 15 tahun 
  • • masa remaja awal, 15 – 18 tahun 
  • • masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun 
  • • masa remaja akhir. T


etapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis. 
Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang-orang dewasa. 
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja. 
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya. 
Ada dua faktor yang mempengaruhi mental remaja, yaitu : 
A. Faktor Internal 
 Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu,pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya. 
B. Faktor Eksternal 
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya. 
Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat. 
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat. 
Manusia pada masa remaja yang sedang mencari jati dirinya membuat emosinya menjadi sangat labil dan mudah terganggu kesehatan mentalnya. Kriteria remaja yang bermental sehat adalah sebagai berikut : 
  1. Dapat menerima perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya dengan lapang dada 
  2. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (teman sebayanya) 
  3. Dapat mengatasi gejolak-gejolak seksualitasnya 
  4. Mampu menemukan jati dirinya dan berprilaku sesuai jati dirinya tersebut 
  5. Dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebayanya 
  6. Dapat mengaktualisasikan kemampuannya baik dalam sekola maupun lingkungan sosialnya 
  7. Tidak mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan penyelesaian dengan pikiran yang jernih 
  8. Memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang dapat di kejar dan di wujudkan untuk memotivasi diri menjadi seorang yang berguna 
  9. Memiliki integrasi kepribadian 
  10. Memiliki perasaan aman dan perasaan menjadi anggota kelompoknya 

 C. Kesehatan Mental pada Dewasa dan Usia lanjut 

Orang dewasa merupakan kelompok usia yang perlu memperoleh perhatian dari berbagai bidang keilmuan. Namun demikian, problem-problem kesehatan, khususnya kesehatan mental dikalangan mereka juga makin kompleks. Orang dewasa dan lanjut usia termasuk kelompok yang memiliki masalah dengan kesehatan mental. Orang dewasa, yaitu yang usianya di bawah 55 tahun, banyak mengalami masalah sehubungan dengan problem keluarga dan pekerjaan. Yang sangat banyak dihadapi oeleh mereka adalah konflik-konflik keluarga, peran sosial keluarganya, pengasuhan anak, pertanggung jawaban sosial ekonomi keluarga dan dunia kerja. 
Dikalangan orang lanjut usia, problem kesehatan mental juga perlu memperoleh perhatian. Problem yang umum terjadi adalah depresi. Karena terjadinya penurunan relasi sosial dan peran-peran sosial, dan kemungkinan adanya fakto genetik, depresi di kalangan lansia sering terjadi. Demikian jugademensia, yaitu penurunan kemampuan kognitif secaraprogresif, di kalangan lansia ini banyak di jumpai. Gangguan mental lain yang di alami banyak lansia adalah obsesif, kecemasan, hilangnya relasi sosial dan pekerjaan. Pencegahan itu menghindari terjadinya resiko lebih buruk bagi kalangan orang dewasa dan lansia sehubungan dengan kesehatan mentalnya. Pecegahan, di lakukan dengan melibatkan banyak pihak, termasuk keluarganya sendiri. 
BAB III PENUTUP 
A. Simpulan

Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa serta mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain maupun dengan masyarakat dimana seseorang itu berada dan bisa mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin untuk mewujudkan suatu keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi - fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem - problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya sendiri. 
Kesehatan mental merupakan faktor terpenting untuk menjalankan kehidupan manusia secara normal. Psikis manusia jika tidak dijaga akan menimbulkan suatu gangguan jiwa yang lambat laun dibiarkan akan menjadi suatu beban yang berat bagi penderitanya. Di antara gangguan jiwa meliputi Somatofarm, kelainan kepribadian, Psikoseksual, gangguan penggunaan zat-zat dan gangguan kecemasan dan sebagainya, yang dari gangguan jiwa itu disebabkan karena ada faktor yang mempengaruhinya meliputi factor internal dan eksternal, juga dapat disebabkan karena pengalaman awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan. Dengan adanya gangguan jiwa karena pengaruh tersebut dibutuhkan terapi penyembuhan sampai manusia dinyatakan benar-benar sehat baik jasmani maupun psikisnya. 

DAFTAR PUSTAKA 
  • Hurlock, E. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga 
  • Sunarto & Agung, Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta 
  • Willis, Sofyan. (2005). Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta 
  • Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosdakarya 
  • Yusuf, Syamsu (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya. 
  • Notosoedirjo, Moeljono. 2000. Kesehatan Mental. Malang: Universitas Muhammadiyah 
  • Sarwono, Sarlito Wirawan. 1986. Pengantar Umum Psikologi. Bandung: Bulan Bintang.

Senin, 10 November 2014

Foto-Qu Catatan Harian-Qu: Introduction "The E_Class (Part 4) -Natural and Be...

Foto-Qu Catatan Harian-Qu: Introduction "The E_Class (Part 4) -Natural and Be...: pada bagian akhir dari pengenalan E_Class., gue akan menampilkan beberapa foto-foto koleksi saya mengenai E_Class., semoga saja ini dapat ...

Foto-Qu Catatan Harian-Qu: Introduction "The E_Class (Part 3) - Who They Are?...

Foto-Qu Catatan Harian-Qu: Introduction "The E_Class (Part 3) - Who They Are?...: hay guys., sesuai judul.,,,WHO THEY ARE? yep,,akan jadi bahan pembahasanku kali ini.,, baik nama mereka,,nama account facebook mereka mau...

Foto-Qu Catatan Harian-Qu: Introduction "The E_Class (Part 2) - The NeW PiC"

Foto-Qu Catatan Harian-Qu: Introduction "The E_Class (Part 2) - The NeW PiC": Wah,,mungkin kalian pada penasaran siapa saja yang ada d foto-foto Introduction “The E_Class (part 1 dan part 2)”..ini,.,., yang jelas merek...

Foto-Qu Catatan Harian-Qu: Introduction "The E_Class (Part 1) - The OLd PiC"

Foto-Qu Catatan Harian-Qu: Introduction "The E_Class (Part 1) - The OLd PiC": memperkenalkan para orang blak-blakan semua alias teman sekelas SMA ku dulu.,kita menyebut diri kami The E_Class..mungkin timbul pertanyaan,...

Minggu, 02 November 2014

Kabinet Kerja Jokowi

Ini Daftar Lengkap Kabinet Jokowi-JK

Twitter
Presiden Jokowi ketika mengumumkan kabinet.
Presiden Jokowi ketika mengumumkan kabinet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Jokowi mengumumkan daftar lengkap menteri yang akan membantunya dalam pemerintahan periode 2014-2019. Jokowi memberi nama Kabinet Kerja. Berikut susunannya:

1. Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

2. Menteri Bappenas Andrinof Chaniago

3. Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo.

4. Menhub Ignatius Jonan

5. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

6. Menteri Pariwisata Arief Yahya

7. Menteri ESDM Sudirman Said

8. Menko Polhukam Tedjo Edy Purdjianto.

9. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo

10. Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi

11. Menhan Ryamizard Ryacudu

12. Menkumham Yasonna Laoly

13. Menkominfo Rudiantara

14. Menteri PAN RB Yuddy Chrisnandi

15. Menko Perekonomian Sofyan Djalil

16. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro

17. Menteri BUMN Rini Soemarno

18. Menteri Koperasi dan UKM AAN Puspayoga

19. Menteri Perindustrian Saleh Husin

20. Menteri Perdagangan Rahmat Gobel

21. Menteri Pertanian Amran Sulaiman

22. Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri

23. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono

24. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya

25. Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan

26. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani

27. Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin

28. Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek

29. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa

30. Menteri Perempuan dan Perlindungan Anak Yohanan Yambise

31. Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan

32. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir

33. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi

34. Menteri Pembangunan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar

OTOSKLEROSIS

Proses pendengaran merupakan salah satu fungsi yang penting dalam kehidupan tiap manusia. Saat ini banyak gangguan yang dapat menyebabkan...